[Review Buku] Happiness Battle - Tragedi Perang Kebahagiaan di Social Media

 

Novel korea happiness battle


Judul Buku : Happiness Battle

Pengarang : Joo Youngha

Penerjemah : Iingliana

Penerbit : Gramedia

Terbit : 2022

Tebal : 296 halaman

ISBN : 978-602-065-800-1

Genre buku : thriller

Rating : 5⭐

Harga buku : Rp 95.000


Baca ebook di aplikasi Gramedia Digital


❤️❤️❤️


[Sinopsis Buku] Happiness Battle by Joo Youngha


Sepasang suami istri ditemukan dalam kondisi mengenaskan di Apartemen High Prestige supermewah di Gangnam. 


Sang suami, Kang Do-joon, ditikam di punggung, sementara istrinya, Oh Yoo-jin, ditemukan tewas dalam posisi bergelantungan di pagar balkon. 


Ketika Jang Mi-ho mendengar tentang kematian Oh Yoo-jin, sahabat baiknya semasa SMA, ia pun terdorong untuk menyelidiki sendiri kasus aneh itu. 


Mi-ho berhasil mengetahui bahwa Yoo-jin dan beberapa ibu TK terlibat “perang kebahagiaan” di media sosial, di mana mereka berlomba-lomba memposting foto untuk memamerkan diri bahwa mereka adalah orang yang paling bahagia, karena memiliki suami paling penyayang, barang paling mewah, dan anak paling pintar. 


Polisi secara resmi menyatakan bahwa Oh Yoo-jin bunuh diri setelah menikam suaminya, tetapi Mi-ho curiga bahwa alasan kematian Yoo-jin berhubungan dengan “perang kebahagiaan” ini. Juga berhubungan dengan USB misterius yang sepertinya diburu semua orang. 


Namun, apakah kasus ini juga berhubungan dengan trauma dari masa SMA tujuh belas tahun yang lalu?


❤️❤️❤️


[Review Buku] Happiness Battle - Tragedi Perang Kebahagiaan di Social Media


Jang Mi-ho mendapat kabar seorang pemenang kontes lomba foto di perusahaan tempatnya bekerja ternyata bernama Oh Yoo-jin. 

Perempuan bernama Yoo-jin ini mengalami kecelakaan di rumahnya sendiri bersama suaminya. Ia meninggal karena kehabisan darah. Sedangkan suaminya masih bisa ditolong dan dibawa ke rumah sakit.

Namun, ada yang janggal dari kasus kematian Oh Yoo-jin itu karena potret dalam instagram Yoo-jin menunjukkan telah terjadi perang kebahagiaan antar warga apartemen. 

Potret keluarga yang utuh dan terlihat elegan itu seketika runtuh karena komentar bernada iri dan sinis datang dari teman-teman Yoo-jin di perkumpulan ibu-ibu TK Internasional Heritage, sebuah TK prestisius di kawasan apartemen mewah yang dihuninya. 

Jang Mi-ho mendadak ingat dengan sahabatnya saat SMA yang bernama Yoo-jin. Yoo-jin, Mi-ho dan Se-kyeong mengalami banyak hal baik dan buruk saat SMA. Mereka saling berbagi rahasia terdalam dan berjanji akan bersahabat hingga menua bersama.

Dulu, 17 tahun lalu, sebuah insiden terjadi di sekolah mereka saat seorang guru matematika jatuh dari lantai tertinggi sekolah. Lelaki itu bunuh diri karena tidak tahan dengan gosip yang beredar di sekolah tentang tuduhan pelecehan yang dilakukannya. 

Mi-ho penasaran apakah Oh Yoo-jin mengalami hal buruk sebelum kematiannya, karena terjadi kejanggalan dalam beberapa hal, misalnya posisi kematian yang menghadap balkon apartemen, lalu genangan darah yang berceceran di seluruh ruangan dan kamar. 

Setelah mencari tahu penyebab kematian Yoo-jin, kini Mi-ho justru mempertanyakan masa lalu yang pernah dialaminya bersama kedua sahabatnya. 

Pertanyaan-pertanyaan besar itu muncul dan mengusik kembali kedamaian hatinya. Ia ingin mencari tahu kebenaran di baliknya. 

Apakah trauma saat SMA itu berhubungan dengan kematian Yoo-jin?


❤️❤️❤️


Menurut saya :


Membaca novel Happiness Battle benar-benar membuat merinding dan deg-degan sepanjang cerita. Novel thriller ini memberi nuansa suspense yang menegangkan dari awal bab hingga akhir cerita. 

Setiap layer kisah dikupas hingga tuntas, namun meskipun sudah sampai bagian 3, ternyata masih ada layer berikutnya yang menjadi semacam 'tanda' bahwa kisah ini tak hanya sekadar perang kebahagiaan di social media semata. 

Kisah Mi-ho, Yoo-jin dan Se-kyeong membuat mata saya basah karena persahabatan mereka harus diuji dengan hal yang sangat mengerikan. Apalagi saat tahu ada kejadian yang menjadi pemicu tragedi di saat SMA. 

Saya jadi tahu gimana sedihnya Mi-ho menyadari bahwa ia ternyata tidak sanggup untuk menolong temannya sendiri. 

"Seperti dirimu yang tidak pernah mengungkit nama Yoo-jin selama tujuh belas tahun ini karena merasa bersalah, aku juga harus berpikir bahwa Yoo-jin bohong dan bahwa semua ini adalah kesalahan Yoo-jin. Dengan begitu, aku baru bisa bertahan menjalani hidup."

Saya melihat Mi-ho seperti boneka yang digerakkan oleh ibunya sendiri, sehingga ia kehilangan suaranya dan merasakan kepekatan dalam ruangan yang dihuninya bersama ibunya. 

Mi-ho bisa saja adalah saya, kamu, ataupun siapa pun yang pernah mengalami hal-hal buruk saat remaja, namun tak menyelesaikannya hingga tuntas. Sehingga penyesalan itu datang dalam bentuk mimpi buruk dan tekanan paling berat dalam hidup. Penyesalan itu menjadi sebuah pertanyaan yang menghujam hati sendiri. 

"Apa yang sebenarnya terjadi saat itu?"

Pertanyaan ini membuat saya jadi berpikir remaja memang seorang manusia yang belum matang dan masih banyak melakukan kesalahan. Namun, bukan berarti tak bisa diberitahu. 

Justru, orang dewasa seharusnya bisa membimbing anak remaja untuk mengantarkan mereka ke gerbang usia dewasa yang jauh lebih rumit. 

Novel thriller ini penuh dengan intrik dan juga prasangka. Semakin banyak prasangka yang muncul dalam kepala manusia, justru makin membuat perasaan menjadi tak menentu. 

Saya sampai harus membagi waktu baca agar tidak terlalu merasakan aura pekat kematian yang ditunjukkan dalam novel ini. 

Novel Happiness Battle ini meskipun bergenre thriller, tapi tidak berfokus pada siapa yang menjadi pembunuh Yoo-jin, namun justru mengungkap alasan kenapa hal itu bisa terjadi. 

Dalam perang kebahagiaan yang dialami Yoo-jin, ia berusaha sekuat tenaga untuk menjaga agar kebahagiaan semu yang ditunjukkannya dapat berlangsung selamanya. 

"Manusia adalah makhluk yang lebih dekat dengan kesedihan daripada kebahagiaan."

Sayangnya, Yoo-jin juga harus berurusan dengan flashdisk berisi daftar blacklist para warga apartemen yang menjadi masalah dalam kasus ini. 

Inilah yang jadi alasan kenapa Yoo-jin menjadi berubah dalam 3 minggu terakhir sebelum kematiannya. Selain itu, perang kebahagiaan juga membuat orang-orang mudah curiga pada orang lain. Seolah orang lain akan menghancurkan kebahagiaan yang telah dimilikinya.

Kasus kematian seperti yang dialami Oh Yoo-jin ini mengingatkanku bahwa kebahagiaan semu seharusnya tak membuat kita gelap mata hati, lalu menutup pintu kebahagiaan orang lain. 

Sayangnya, manusia adalah makhluk paling egois sedunia yang justru memiliki pikiran paling liar, yang seringkali membuat hubungan persahabatan dan relasi lain jadi makin rumit.

Inilah yang ingin penulis bahas dalam novel Happiness Battle, bahwa kebahagiaan kita jangan sampai membuat kita berubah menjadi monster yang menakutkan. Kebahagiaan sejati seharusnya mendatangkan kedamaian pada jiwa kita.

"Sebaiknya kita tidak lagi menyalahkan diri sendiri... Mari kita berkabung bersama. Kini... mari kita bersedih dan berkabung bersama."


Novel korea Happiness Battle ini terjemahannya sangat luwes. Jadi bahasanya lebih mudah dipahami pembaca. 

Selain itu novel ini juga membahas fenomena social media terutama akun instagram yang sering digunakan orang untuk menunjukkan strata sosial dan kedudukan mereka di masyarakat. 

Orang berlomba-lomba untuk pamer siapa yang paling bahagia, siapa yang punya suami romantis dan memiliki anak terbaik dan berbakti di social media. Seolah social media adalah etalase kehidupan yang harus selalu sempurna.

Peran dan manfaat social media jadi melenceng dari hal seharusnya, ketika orang merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Sehingga tercipta perang kebahagiaan di antara orang yang berinteraksi di social media. 

Overall, 5 bintang untuk novel Happiness Battle ini. 

Nah, kalau kamu gimana? Pernahkah kamu merasakan kebahagiaan semu yang malah bikin perasaanmu jadi mudah gelisah?


❤️❤️❤️



Komentar

  1. Waaah.... menegangkan ini.... jadi kepengin baca langsung jadinya.... makasih ya....

    BalasHapus
  2. Wah, mau juga mencoba mereview buku. Salam kenal Mbak.

    BalasHapus
  3. Sepertinya jadi malah overthinking gitu yaa, La?
    Harusnya kebahagiaan yang sesungguhnya adalah yang dirasakan oleh hati. Bukan datang sesaat lalu menimbulkan ketakutan setelahnya.

    Agak serem, tapi jadi semakin semangat membacanya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini