5 Puisi Favorit dalam Buku Puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono

 

Puisi sapardi djoko damono


Manuskrip puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono


SEHABIS MENGANTAR JENAZAH

Karya Sapardi Djoko Damono


masih adakah yang akan kautanyakan tentang hal itu? hujan pun sudah selesai sewaktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya bercakap di bawah bunga-bunga menua, matahari yang senja


pulanglah dengan payung di tangan, tertutup anak-anak kembali bermain di jalanan basah seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh barangkali kita tak perlu tua dalam tanda tanya


masih adakah? alangkah angkuhnya langit alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita seluruhnya, seluruhnya kecuali kenangan pada sebuah gua yang menjadi sepi tiba-tiba


1967


❤❤❤





DALAM DOAKU 

Karya Sapardi Djoko Damono


dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang bersalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening


karena akan menerima suara-suara ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara hijau senantiasa, yang tak henti-henti mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana


dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ngibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan mengugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu


magrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku


dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu


1989


❤❤❤


YANG FANA ADALAH WAKTU

Karya Sapardi Djoko Damono


Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.


"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu. Kita abadi.


1978


❤❤❤


KUHENTIKAN HUJAN

Karya Sapardi Djoko Damono


kuhentikan hujan. Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi pelahan ada yang berdenyut dalam diriku:


menembus tanah basah, dendam yang dihamilkan hujan dan cahaya matahari.


Tak bisa kutolak matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga.


1980


❤❤❤


AKU INGIN

Karya Sapardi Djoko Damono


aku ingin mencintaimu dengan sederhana:


dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu


aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


1989


❤❤❤


Keindahan Buku Puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono


Manuskrip puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono ditulis dalam rentang waktu yang panjang. Manuskrip ini memberikan jawaban dari pertanyaan, karya apa saja yang menarik dari puisi buatan Eyang Sapardi Djoko Damono?


Selama ini saya hanya tahu ada tiga puisi legendaris karya Sapardi Djoko Damono yang sering disebutkan sebagai puisi yang romantis, yaitu puisi Dalam Doaku, puisi Aku Ingin, dan puisi Yang Fana adalah Waktu.


Selain tiga puisi itu, dalam buku puisi ini penulis banyak mengambil perumpamaan tentang alam di sekitar kita, yang dikaitkan dengan kehidupan manusia. Baik urusan percintaan, kematian, kerinduan, bahkan penantian. 


Apakah doa selalu terjawab? 


Dalam puisi "Dalam Doaku", Sapardi Djoko Damono ingin menunjukkan bahwa doa-doa serupa meminta sesuatu kepada Tuhanmu, semakin sering dilantunkan dan semakin detail yang diminta, maka semakin dekat keterkabulan doa. Seperti tokoh aku yang berdoa setiap 5 waktu dalam sehari. Akankah doanya dikabulkan?


Dalam buku puisi Hujan Bulan Juni  penulis sering menggunakan hujan sebagai perumpamaan atau kiasan. Hujan menjadi pertanda apa yang akan datang. Hujan menjadi tempat segala perasaan tumpah ruah menjadi satu. Hujan juga menjadi simbol betapa halusnya perasaan manusia saat menyaksikan fenomena alam itu. 


Setiap puisi yang ditulis dari hati, akan sampai kepada pembaca dalam bentuk yang indah dan seperti memiliki kemampuan menghipnotis pembaca hingga ikut menikmati suguhan sang penyair. 


Nah, kalau menurutmu gimana? Share kesanmu di bawah ya. 😍


Selamat membaca puisi dalam buku Hujan Bulan Juni ya! 🥰


❤❤❤


Komentar

Postingan populer dari blog ini